Tebing Breksi Yogyakarta



Tebing Breksi merupakan salah satu objek wisata baru di Yogyakarta. Lokasi ini juga masih digunakan kegiatan penambangan batu kapur yang ada sejak puluhan tahun lalu. Inilah yang membuat tebing jadi terlihat indah. Waktu berkunjung terbaik yakni jam 8 pagi hingga 6 sore. jika suasana cerah dari atas tebing breksi ini bisa melihat Bandara Adisucipto dengan mata telanjang dan jika menatap kearah utara kita bisa menyaksikan Gunung Merapi. Apabila ingin menikmati sunset pun di tebing breksi ini juga bisa hanya saja dengan catatan cuaca cerah

Lokasi tebing ini tak jauh dari situs Candi Ijo di Kecamatan Prambanan. Jadi jika ingin mengunjungi Tebing Breksi ini namun tidak tau tempat nya bisa mencari penunjuk arah ke arah candi ijo, ikuti jalan yang menuju candi ijo tersebut nanti di sebelh kiri akan melihat tebing breksi ini. dan untuk retribusi nya cukup dengan membayar parkir seharga 2000 ribu rupiah dan seikhlasnya untuk dana sosial. 
m                        

1 comments:

Bukit Gupit Yogyakarta


Mau menikmati indahnya pantai selatan dari ketinggian atau diatas bukit? Mudah, mendakilah di atas Bukit Gupit.  Mungkin bagi anda menikmati pantai tak lengkap rasanya jika tidak menyentuh air laut secara langsung. Tidak puas pula jika tak mandi di pantai dan berbasah-basahan menikmati deburan ombak yang menerpa anda. Memang asyik sekali jika bermain air dipantai apalagi diwaktu pagi maupun sore hari ketika cuaca tidak terlalu panas.
Mungkin anda sudah terlalu sering mengunjungi pantai Parangtritis, pantai ini memang sangat terkenal baik wisatawan lokal maupun mancanegara.  Di pantai ini juga sering diadakan event-event tiap tahunnya seperti event tahun baru, labuhan, dan masih banyak lagi. Dari dulu hingga sekarang pantai Parangtritis tetap terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan.
Lalu bagaimana cara menikmati pantai Parangtritis dan pantai selatan dari atas bukit? Bisa! Jika anda pernah ke pantai Parangtritis silahkan tengok pada sisi timur pantai parangtritis. Disana ada sebuah bukit yang membentang dan selalu menjadi background jika berfoto-foto dari pantai parangtritis.  Lalu bagaimana jika hendak naik ke atas bukit tersebut?
Ya, anda bisa menikmati keindahan alam dari atas bukit yang disebut Bukit Gupit Giricahyo. Bukit ini masuk di wilayah desa Giricahyo Gunungkidul. Sementara untuk parangtritis sudah masuk di wilayah bantul. Desa Giricahyo ini memiliki 7 Padukuhan, yaitu Padukuhan Gabug, Padukuhan Wuni, Padukuhan Karangtengah, Padukuhan Jurug, Padukuhan Nglumbung, Padukuhan Jati dan Padukuhan Jambu.


paralayang-jogja
Untuk menuju ke Bukit Gupit Jika anda dari Parangtritis maka anda bisa ambil ke arah kiri menuju jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Jalan ini merupakan jalan penghubung antara jalan Bantul atau Parangtritis dan menuju ke pantai-pantai di gunungkidul. Jarak dari pantai Parangtritis hingga ke bukit Gupit sekitar 3 kilometer lebih. Anda tidak perlu membayar tiket masuk wisata di Bukit Gupit ini. Sebenarnya Bukit Gupit ini sering dipakai untuk start olahraga paralayang. Jika anda datang dari arah parangtritis anda hanya membayar tiket masuk wisata parangtritis saja.  Jika hendak kesana jangan segan-segan untuk tanya kepada penduduk sekitar, karena mereka akan dengan senang hati menunjukkan arah menuju bukit Gupit ini.
Bagi para pecinta olahraga Gantole atau paralayang di  Yogyakarta maka bukit Gupit ini tak asing lagi bagi mereka. Karena pastinya sudah sangat sering mengunjungi lokasi ini untuk latihan paralayang. Tempat ini memang cocok untuk olahraga paralayang bahkan pernah digunakan event bertaraf nasional yaitu Jogja Air Show 2015.
Jika anda sudah menikmati Bukit Gupit ini maka disekitar bukit ini juga terdapat situs-situs peninggalan bersejarah seperti Candi GembirowatiSendang Beji dan pasanggrahan Gembirowati. Adalagi Goa Lengse yang juga tak kalah fenomenal. jadi jika anda berkunjung ke pantai parangtritis sempatkan pula untuk menikmati keindahan pantai selatan jawa dari atas Bukit Gupit sebagai alternatif wisata di Jogja.

0 comments:

Air Terjun Sri Gethuk Yogyakarta

Air Terjun Sri Gethuk






Introduksi

Air terjun Sri Gethuk mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pecinta alam. Air terjun ini terletak di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia. Air terjun ini diapit oleh tebing tinggi dengan ketinggian mencapai sekitar 50 meter. Terletak diantara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi dengan area persawahan. Kawasan Gunungkidul memang terkenal dengan daerahnya yang kering. Uniknya, aliran air pada air terjun Sri Gethuk ini selalu mengalir tanpa kenal musim. Jadi Anda bisa mengunjungi tempat ini setiap saat.
Air di kawasan ini sangat melimpah karena ada tiga mata air yang muncul dari dalam tanah yaitu sumber mata air Dong Poh, Ngandong dan Ngumbul. Seluruh aliran airnya masuk melalui tebing tinggi yang kemudian mengalir ke dalam Sungai Oya, sungai yang tidak pernah kering.

Fasilitas

Anda dapat berenang sepuasnya di kawasan ini. Jika Anda tidak bisa berenang, tidak perlu khawatir karena di sini juga terdapat jasa penyewaan ban dengan biaya sekitar Rp 2.000. Jadi Anda masih bisa menikmati kesegaran air terjun Sri Gethuk.
Anda juga bisa menyusuri kawasan air terjun dengan menyewa kapal dengan biaya sekitar Rp 5.000 per orang. Selain itu di tempat ini juga tersedia kolam pemancingan serta beberapa warung makan. Pengelola berencana, nantinya kawasan ini akan disediakan fasilitas rafting serta flaying fox.

Akses

Kawasan ini berjarak sekitar 750 meter sebelah arah barat Dusun Menggoran atau sekitar 40 km dari kota Yogyakarta. Untuk menuju ke tempat ini hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi karena belum ada angkutan umum yang menuju ke kawasan wisata ini.
Rutenya yakni :
Dari pusat kota Yogyakarta - Jalan Wonosari - Bukit Pathuk Gunungkidul - Pertigaan Gading ke kanan ke arah Playen. Dari Playen kemudian belok kanan ke arah Kecamatan Palihan. Sekitar dua kilometer dari Kecamatan Palihan akan ada pertigaan, ambil arah ke kanan.
Dari sini, Anda akan menjumpai banyak papan petunjuk jalan yang mengarah ke lokasi air terjun. Anda tinggal ikuti saja petunjuk jalan tersebut. Sekitar tujuh kilometer dari pertigaan Anda sudah sampai di lokasi air terjun.
Bisa juga melalui rute :
Jalan Imogiri Barat – Panggang – Paliyan – Playen – Bleberan. Setelah tiba di Gua Rancang Kencana, Anda harus berjalan kaki sekitar 300 meter untuk sampai di dermaga penyebrangan. Kemudian Anda bisa menggunakan getek atau perahu tradisional dengan biaya sekitar Rp 7.000 dengan waktu tempuh sekitar 7 menit.
Anda dapat juga menyusuri jalan setapak melewati pematang sawah dengan jarak sekitar 450 meter lalu menuruni 96 anak tangga. Dan sampailah Anda di lokasi air terjun.

Jam buka

Buka setiap hari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB.

Biaya tiket masuk

Rp 30.000, termasuk tiket masuk ke kawasan Gua Rancang Kencono.

Makan di Air Terjun Sri Gethuk

Terdapat banyak warung makan dengan menu spesial yang bisa Anda dapatkan disini adalah tiwul tempe penyet yang dihargai sekitar Rp 4.000 per porsi.

0 comments:

Kalibiru Yogyakarta

Kalibiru Yogyakarta







Menuju ke Desa Wisata Kalibiru, Anda harus memiliki nyali yang besar. Betapa tidak, trek naik akan dirasakan saat Anda keatas menuju Kalibiru dari Waduk Sremo. Desa wisata ini terletak di Hargowilis KokapKulonprogo pada ketinggian 450 Mdpl dikawasan perbukitan Menoreh. Jadi bisa dipastikan kendaraan yang Anda bawa harus dalam keadaan prima.

Bila Anda memulai perjalanan dari Yogyakarta, waktu yang akan ditempuh berkisar antara 1- 1,5 jam atau sekitar 40 km. Saat Tim Gudegnet mencoba trek menuju desa wisata itu, papan nama yang menunjukkan ke lokasi desa wisata sudah terpasang dengan jelas dan rapi. Sehingga, Anda bisa menuju Kalibiru tanpa harus tersesat.

Beragam aktivitas bisa dinikmati seperti outbond, berwisata pedesaan, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata keluarga, dan treking. Saat menuju bagian atas gardu pandang, Anda akan takjub menikmati pemandangan alam yang sangat memukai, garis pantai dan pemandangan Waduk Sremo akan senantiasa terlihat sangat apik.

Cerita punya cerita, dahulu Desa Wisata Kalibiru ini dibuka pada era tahun 2008 oleh masyarakat setempat secara swadaya. Diawali dengan membangun jalan setapak kemudian pembangunan berbagai fasilitas lain seperti cottage, jogjo pertemuan, sarana MCK, gardu pandang, dan fasilitas flying fox.

Menurut Parjan, ketua kelompok tersebut, mengatakan bahwa awal pembukaan desa wisata ini harus mendapat persetujuan dari Departemen Kehutanan. "Kami mendapatkan waktu ujicoba selama 5 tahun, Kami banyak menanam pohon untuk penghijauan agar hutan ini tidak gersang," jelas Parjan pada Tim Gudegnet.

Kegiatan menarik yang bisa Anda dapat adalah treking. jalur yang bisa ditempuh sangat beragam, mulai dari 1,5 km, 3 km, 5 km, dan 7 km. Khusus untuk trek 7 km, Anda bisa melihat Waduk Sremo dari jarak dekat. Saat treking melalui jalan setapak, sewaktu-waktu Anda bisa melihat bermacam hewan langka seperti Elang Jawa, ayam Alas, Landak, Celeng, bahkan Harimau Jawa serta Harimau Kumbang.
 

Bagi yang pengin menaikkan adrenalin dengan flying fox, pengelola juga menyediakan jalur dengan dua pilihan yaitu 50 meter dan 85 meter. satu kali meluncur dipatok Rp. 10 ribu bagi dewasa, dan Rp. 5 ribu untuk anak-anak. Sarana flying fox, saat ini baru bisa dibuka setiap hari Minggu jam 08.00-16.00 WIB.

Fasilitas lain seperti cottage dan pendopo juga disewakan. asumsi harga untuk cottage berkisar antara Rp. 120-125 ribu. Pendopo Rp. 150 ribu, makan Rp. 10 ribu/satu kali makan, parkir motor Rp. 3 ribu, parkir mobil Rp. 5 ribu, sewa kasur Rp. 5 ribu/24 jam, dan tiket masuk per orang Rp. 2 ribu.

0 comments:

Hutan Pinus Imogiri Yogyakarta

Hutan Pinus Imogiri Bantul





Jika Anda berada di pusat kota Yogyakarta Anda dapat melewati jalan Imogiri timur untuk sampai ke sana. Perjalanan menggunakan kendaraan bermotor kurang lebih memakan waktu 1 jam. Kenapa saya merekomendasikan hutan pinus Imogiri sebagai salah satu tempat untuk Anda kunjungi? Alasan tersebut tidak lain karena di wilayah ini berdekatan dengan obyek wisata yang lain, ibarat pepatah “satu kali dayung dua tiga pulau terlampaui”.
Yang namanya hutan dimana-mana pasti rimbun akan pepohonan, namun berbeda dengan hutan yang satu ini. Tanaman yang tumbuh dan sengaja di tanam di hutan ini merupakan tanaman jenis pinus. Tak heran jika batangnya yang menjulang memberikan pemandangan yang menakjubkan. Tiupan angin yang menggerakkan daun serta ranting pohon memberikan suasana yang nyaman oleh suara khas gesekan pepohonan, terlebih udara yang sejuk menambah nikmatnya suasana.
Kawasan hutan lindung ini tergolong kawasan yang masih alami, jangan kaget jika Anda tidak menjumpai pedagang asongan maupun rumah warga di daerah ini. So jangan lupa bawa bekal sesuai kebutuhan Anda. Keindahanhutan pinus Imogiri juga tidak disia-siakan oleh warga sekitar maupun anak-anak muda yang mengetahui keberadaan hutan lindung ini. Lokasi ini kerapkali digunakan sebagai tempat foto-foto, pemotretan pre wedding maupun para fotografer mengasah kemampuannya.Bertolaklah naik motor dari Jogja sampai Hutan Pinus Imogiri. Nuansa ala film Twilight bisa kamu temukan di sini.


Nama Hutan Pinus Imogiri belakangan ini semakin populer sebagai salah satu tujuan wisata di Yogyakarta. Pengunjung hutan yang mayoritasnya adalah anak muda, banyak menghabiskan waktunya di sini untuk berfoto. Memang deretan pohon pinus di area ini begitu memukau. Selain meneduhkan orang-orang yang ada di dalamnya, deretan pinus yang tinggi dan besar ini juga langka untuk kamu cari di perkotaan. Barang siapa yang melihatnya, bisa saja langsung berimajinasi seperti Bella Swan atau Edward Cullen di film Twilight.
Hutan Pinus Imogiri terletak di Bantul, dekat dengan arah menuju Kebun Buah Mangunan. Bila kamu hendak menjangkaunya dari perempatan Terminal Giwangan, ambillah arah menuju Jalan Imogiri Timur. Ikuti saja jalan yang ada hingga menemukan petunjuk arah menuju Kebun Buah Mangunan. Mendekati Kebun Buah Mangunan, ada pertigaan menuju arah Pathuk dan Dlingo. Ambillah arah menuju Pathuk. Nah, hutan pinus itu bisa kamu temui di sebelah kanan jalanmu.

0 comments:

Kebun Buah Magunan

 Argowisata Mangunan



Introduksi

Kebun buah Mangunan berada di Kelurahan Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah IstimewaYogyakarta. Berjarak 35 km dari pusat kota Yogyakarta, agrowisata ini dibangun di atas area seluas 23,34 hektar pada tahun 2003 oleh Permerintah Kabupaten Bantul. Lokasi ini berada di kawasan perbukitan kaki Pegunungan Seribu dengan ketinggian 150-200m di atas permukaan laut.
Agrowisata Mangunan memiliki berbagai macam koleksi tanaman buah-buahan, diantaranya durian, mangga, jeruk dan jambu. Di tempat ini kamu bisa menikmati aneka buah-buahan yang bisa langsung kamu petik. Tapi tidak semua buah bisa tersedia dalam satu waktu karena ada beberapa buah berdasarkan musimnya. Untuk bisa memetik dan menikmati aneka buah langsung dari pohonnya, kamu diharuskan membayar sesuai dengan tarif yang ditentukan. Selain tanaman buah-buahan, pengunjung juga dapat melihat beberapa koleksi satwa, seperti rusa dan monyet. Agrowisata ini memiliki gardu pandang yang berada di puncak bukit, kamu bisa menikmati pemandangan alam pegunungan seribu yang indah.

Fasilitas

Agrowisata ini dikelola cukup baik, bisa dilihat dengan adanya fasilitas yang disediakan, seperti: kolam renang untuk anak-anak dengan kedalaman sekitar 0,5 sampai 1 m, kolam kolam rekreasi dengan perahu bebek dan sepeda air, adanya tiga buah aula, area api unggun, area kemping, flying fox, refling, dan trackingarea outbond. Selain itu, disini juga sering dijadikan arena latihan dan perlombaan bagi para pecinta downhill dan cross country.

Akses

Bagi kamu yang ingin menuju kawasan ini, sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi karena minimnya angkutan umum yang melewati tempat ini. Untuk menuju Agrowisata Mangunan kamu bisa lewat Jalan Imogiri Timur menuju arah Imogiri Dlingo, kemudian sekitar 5km dari Imogiri Dlingo kamu akan menjumpai Balai Desa Mangunan. Di balai desa ini ada petunjuk arah untuk menuju kawasan Agrowisata Mangunan. Kamu tinggal mengikuti petunjuk arah tersebut dan kamu akan sampai di Agrowisata Mangunan yang sejuk.

Biaya tiket masuk

5000 rupiah per orang

0 comments: